JALAN LAYANG TOL CIKAMPEK BERGELOMBANG KARENA DILINTASI MOBIL ESEMKA

DATA INFORMASI KLARIFIKASI
JENIS KLARIFIKASI
POLITIK - POLITIK
LOKASI INFORMASI
JAWA BARAT - KABUPATEN KARAWANG
JENIS INFORMASI
HOAKS - MISLEADING CONTENT
KANAL ADUAN
FACEBOOK
BUKTI ADUAN
TEXT
PETUGAS CEK FAKTA
DILIHAT
233 KALI

Kamis, 27 Agustus 2020

JALAN LAYANG TOL CIKAMPEK BERGELOMBANG KARENA DILINTASI MOBIL ESEMKA


[MISLEADING CONTENT]


Berdasarkan hasil pemantauan Tim Jabar Saber Hoaks. Beredar sebuah narasi yang menyebutkan jalan tol tol Jakarta-Cikampek bergelombang karena dilintasi mobil Esemka. Narasi ini mencatut artikel berita berjudul "Tol Layang Jakarta-Cikampek Bergelombang Buat Boros BBM Kendaraan" yang dimuat di situs Merdeka.com.


[CEK FAKTA]


Dari hasil penelusuran tim cek fakta medcom.id, klaim jalan tol layang Jakarta-Cikampek bergelombang karena dilintasi mobil Esemka adalah salah. Faktanya, jalan tol layang Jakarta-CIkampek bergelombang karena didesain untuk mengakomodasi batas kecepatan maksimal kendaraan 60-80 km per jam.


Dilansir dari Tempo.co, Direktur Operasi II PT Waskita Karya Tbk Bambang Rianto menjelaskan pembangunan jalan tol layang menyesuaikan dengan konstruksi bangunan di bawahnya. Seperti simpang susun, jembatan penyeberangan orang dan jalan tol lama. Namun, menurut dia pembangunan tol layang ini terbilang rumit karena sisi kanan maupun kiri jalan tol lama tak bisa digunakan karena sudah ada konstruksi LRT dan kereta cepat Jakarta-Bandung. Sementara di bagian atas juga terdapat SUTET yang mengalirkan pasokan listrik untuk Jawa dan Bali.
 
"Kalau membangun di situ, itu sama saja dengan berkendara di lantai lima gedung. Bayangkan menyetir di atas lantai lima, belum ada angin dan lainnya. Maka kemudian desain jalan tol dibuat seefisien mungkin tapi tetap aman," jelasnya.


Dilansir dari Detik.com, Bambang pun mengatakan konstruksi Japek layang bergelombang karena banyaknya proyek di sekeliling jembatan, mulai dari jembatan penyeberangan orang (JPO) hingga simpang susun.
 
"Jalan tol layang ini sebetulnya kalau kita lihat di bawahnya, di antaranya ini ada JPO, ada juga yang namanya simpang susun. Dan ada 200 ribu kendaraan aktif per hari. Kemudian di sampingnya ini ada KCIC (kereta cepat), kemudian ada lagi LRT (Jabodebek). Terus ada juga Sutet (Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi)," kata Bambang kepada detikcom pekan ini.
 
Dia menjelaskan konstruksi bergelombang karena posisi tol layangberada di tengah-tengah proyek lain. Harus ada jarak antara Japek layang dengan proyek lain seperti JPO dan simpang susun.


[REFERENSI]


https://bit.ly/2D1d0D1


https://bit.ly/2D3naDl


https://bit.ly/32rmSik